Panduan Budidaya Jamur Tiram
Jamur
tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah
masyarakat Indonesia, selain Jenis jamur lainnya seperti jamur merang,
jamur kuping dan jamur shitake. Pada umumnyajamur tiram dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Namun sebagian
orang menjalankan bisnis olahan jamur tiram misalnya berbentuk keripik
jamur tiram dan bentuk lain. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang
memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur
kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi,
thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur
lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol
Budidaya
jamur tiram memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam proses
budidayanya sehingga dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun
usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar (Industri). Negara-negara
yang telah mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai agrobisnis
andalan dan unggulan adalah Cina, belanda, Spanyol, Prancis, Belgia dan
Thailand. Negara-negara tersebut trermasuk produsen jamur terbesar di
dunia.
Jika anda
tertarik menekuni usaha budidaya jamur tiram ini, hal penting yang harus
dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan
(cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal lain
yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas
dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya
jamur tiram mendapatibaglog(kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi
tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi
yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif.
Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakukan budidaya jamur
tiram ini, tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi
persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini
merupakan proses budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai
proses pemanenan jamur tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai
benih, anda bisa membeli baglog yang sudah siap dengan benih jamur tiram
yang sudah siap dibudidayakan.
Pada
dasarnya bangunan bisa memanfaatkan ruangan yang ada dalm rumah,
biasanya bangunan untuk budidaya Jamur Tiram bangunan jamur terdiri dari
beberapa ruangan, diantaranya:
1. Ruang persiapan
Ruang persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan Pengayakan, Pencampuran, Pewadahan, dan Sterilisasi.
2. Ruang Inokulasi
Ruang
Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media
tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk
menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain).
3. Ruang Inkubasi
Ruangan
ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam
yang sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 –
28 derajat C dengan kelembaban 60% – 80%, Ruangan ini dilengkapi dengan
rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastic
(baglog) yang sudah di inokulasi.
4.Ruang Penanaman
Ruang
penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur.
Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat
penyemprot/pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur
suhu udara pada kondisi optimal 16 – 22 derajat C dengan kelembaban 80 –
90%.
Peralatan
yang digunakan pada budidaya jamur diantaranya, Mixer, cangkul, sekop,
filler, botol, boiler, gerobak dorong, sendok bibit, centong.
Bahan-bahan
yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah Serbuk kayu, bekatul
(dedak), kapur (CaCO3), gips (CaSO4), tepung jagung (biji-bijan),
glukosa, kantong plastik, karet, kapas, cincin plastik.
Dalam melaksanakan Budidaya Jamur Tiram ada beberapa proses dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1. Persiapan Bahan
Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa.
2. Pengayakan
Serbuk
kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman
yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang
merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu
di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam),
pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak
tercampur debu dan pasir
3. Pencampuran
Bahan-bahan
yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk
gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau bila kita
kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini
menandakan kadar air sudah cukup.
4. Pengomposan
Pengomposan
adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun
campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastic
5. Pembungkusan (Pembuatan Baglog)
Pembungkusan
menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan.
Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian
dipukul/ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat
pemadat) kemudian disimpan.
6. Sterilisasi
Sterilisasi
dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan
menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 90 – 100 derajat C selama 12 jam.
7. Inokulasi (Pemberian Bibit)
Inokulasi
adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah
disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi,
kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan
sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat
dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit Jamur Tiram yang baik
yaitu:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 – 60 hari
- Warna bibit merata
- Tidak terkontaminasi
8. Inkubasi (masa pertumbuhan miselium) Jamur Tiram
Inkubasi
Jamur Tiram dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan
kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih
merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.
9. Panen Jamur Tiram
Panen
dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal,
pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan
kesegarannya dan mempermudah pemasaran.
No comments:
Post a Comment